Titik nadir seseorang memang berbeda-beda. Tuhan sebagai sang pencipta telah mengatur sedemiian rupa kehidupan secara detail para hamba-Nya, dan begitu juga denganku. Kebahagiaan, kesedihan bisa sangat mempengaruhi kehidupan di masa mendatang, suatu hal yang cukup sulit buatku untuk dilupa. Hal tersebut aku alami ketika aku menginjakkan kaki di SMA Negeri 2 Sekayu, tempat dimana aku menempuh pendidikan sekarang. Aku mendapat dua orang sahabat, dan tinggal bersama-sama mereka di suatu “kos-kosan. Kami bertiga sama dari Palembang dan bisa dibilang sebagai perantau di junior di kota Sekayu, demi mendapat pendidian yang “WAH” dari sekolah ini. Namun, ketika kami naik ke kelas 2, kami berpisah. Aku terpaksa harus pergi dari kos-kosan tersebut dengan suatu masalah yang kadang kalau dipikir kecil tapi cukup besar untuk sebuah kepercayaan. Aku melalang buana mencari kosan lain yang bisa aku huni. Disaat itu au merasa sangat sulit. Aku menyalahkan diri sendiri karena berpikir itu m...
Menulis menjadi sebuah peristiwa yang menegangkan tetapi indah dan sakral. (Putu Wijaya)