Oleh : Lestari Wevriandini
Merinding bulu kuduk ketika terdengar lagu Indonesia Raya di kumandangkan disertai dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih. 17 agustus 1945 sampai dengan hari ini 17 Agustus 2010, siapa yang tidak tahu tanggal itu? Sebuah momentum penting bagi bangsa Indonesia, dimana pada tanggal tersebut bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dengan susah payah dari tangan penjajah. Enam puluh lima tahun bangsa Indonesia telah menikmati kemerdekaannya, momentum tersebut dengan masa perjuangan bela negara para pahlawan Nasional sebelumnya semakin hari semakin berbeda jauh, secara rinci perbedaan tersebut lebih didominasi karena perubahan sosial, politik, ekonomi dan faktor penyebab lain yang secara perlahan tapi pasti merubah mentalitas bangsa Indonesia hingga mencapai fase yang sangat memprihatinkan. Hal ini dicirikan dengan lunturnya nasionalisme yang melekat pada generasi sekarang. Lalu apakah nasionalisme?
Dalam arti sederhana, nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat yang menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya. Rasa ini sangat berhubungan dengan rasa patriotisme atau biasa disebut dengan rela berkorban. Rasa nasionalisme yang tidak diimbangi dengan rasa patriotisme berarti di dalam diri seseorang tidak sepenuhnya memiliki rasa nasionalisme. Sekarang nasionalisme sangat menjadi polemik di masyarakat khusunya para kalangan remaja Indonesia yang mulai kahilangan atau luntur rasa nasionalismenya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor misal arus globalisasi yang mulai merambah luas di kalangan remaja.
Nasionalisme di Indonesia di anggap sebagai hal yang berlebihan, rakyat biasa bahkan para remaja pada zaman sekarang sudah jarang untuk menyadari batapa pentingnya jiwa nasionalisme dan semangat nasionalisme yang tinggi. Bahkan semangat nasionalisme hanya di emban oleh beberapa lintir profesi saja, seperti TNI atau POLRI, itupun bisa di hitung dengan jari berapa orang yang mengemban profesi tersebut yang benar-benar menerapkan jiwa nasionalisme dalam dirinya. Sangat memprihatinkan bukan? di tengah arus globalisasi yang kian deras dimana gaya hidup modern, pemikiran-pemikiran modern, bahkan beberapa aliran modern mewarnai dan mempengaruhi bangsa Indonesia. Nasionalisme seharusnya dimiliki, seharusnya sangat menjunjung tinggi moral, seharusnya menjadi filter bagi bangsa Indonesia untuk tetap selalu berdiri pada line yang sudah di tentukan, tentunya agar bangsa Indonesia menyadari falsafah hidup bangsa Indonesia Pancasila yang telah menjadi landasan hidup yang baik bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
Seiring dengan semakin hilangnya jiwa nasionalisme bangsa Indonesia, khususnya bagi para remaja aliran-aliran yang bertentangan dengan Pancasila muncul. Lihat saja dari sudut pandang kurangnya kesadaran para pelaku-pelaku pendidikan dan beberapa profesi, seperti demostrasi para mahasiswa, para buruh di gedung pemerintahan Demonstrasi tersebut disertai aksi pengrusakan-pengrusakan di beberapa tempat yang disebabkan oleh kemarahan warga atas beberapa kebijakan pemerintah atau malah keputusan kepala instasi yang di anggap kurang berkenan di hati para pendemostrasi. Tidak hanya itu, aksi-aksi kekerasan juga terjadi pada kalangan bawah seperti bentrokan warga yang rumahnya akan digusur, pedagang kaki lima yang mengamuk karena lapak dagangannya disita oleh Satpol PP, bentrokan di makam Mbah Priok beberapa waktu lalu, demonstrasi yang anarkis oleh mahasiswa karena ketidakpuasan atas kebijakan kampus, dan yang terbaru adalah aksi anarkis para pelajar SMA yang dinyatakan tidak lulus sekolah.
Dalam hal ini bukan masalah demonstrasi yang dipermasahkan tetapi tindakan kekerasan yang merusak ketentraman, merusak gedung pemerintahan dengan seenaknya dan aksi-aksi kekerasan yang perlu di permasalahkan. Apakah hal tersebut pantas dilakukan oleh orang-orang berpendidikan yang katanya cinta tanah air dan bangsa? Sepertinya tidak, karena hal seperti itu justru mengarah kepada sikap anarkis yang ujung-ujungnya akan tercipta aliran anarkisme yang akan sangat merugikan diri bahkan orang lain dan bangsa Indonesia.
Peristiwa ini harus dicegah dengan sungguh-sungguh, jika tidak hal ini akan berakibat pada rasa nasionalisme atau cinta tanah air pada kalangan remaja Indonesia. Ada beberapa langkah atau cara untuk mengatasi arus globalisasi yang negatif ini, missal menyadarkan remaja untuk mencintai produk dalam negeri, menanamkan nilai-nilai Pancasila pada remaja dengan cara yang sebaik-baiknya, dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat dilakukan.
Berharap dengan semakin besarnya umur bangsa Indonesia, semakin besar juga semangat dan jiwa nasionalisme dan patriotisme akan tumbuh dari setiap masyarakat Indonesia. Hal ini perlu ditanamkan dan dilaksanakan secepat mungkin sebelum jiwa nasionalisme itu benar-benar hilang dan musnah. Untuk itu perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak, terutama dalam bidang pendidikan yang harus secepat mungkin menumbuh-kembangkan jiwa nasionalisme kepada sesama tenaga pendidik dan yang terpenting adalah kepada peserta didik yang duduk di bangku sekolah dasar hingga menengah agar generasi-generasi penerus bangsa yang unggul dan bermutu akan tercipta.
Merinding bulu kuduk ketika terdengar lagu Indonesia Raya di kumandangkan disertai dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih. 17 agustus 1945 sampai dengan hari ini 17 Agustus 2010, siapa yang tidak tahu tanggal itu? Sebuah momentum penting bagi bangsa Indonesia, dimana pada tanggal tersebut bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dengan susah payah dari tangan penjajah. Enam puluh lima tahun bangsa Indonesia telah menikmati kemerdekaannya, momentum tersebut dengan masa perjuangan bela negara para pahlawan Nasional sebelumnya semakin hari semakin berbeda jauh, secara rinci perbedaan tersebut lebih didominasi karena perubahan sosial, politik, ekonomi dan faktor penyebab lain yang secara perlahan tapi pasti merubah mentalitas bangsa Indonesia hingga mencapai fase yang sangat memprihatinkan. Hal ini dicirikan dengan lunturnya nasionalisme yang melekat pada generasi sekarang. Lalu apakah nasionalisme?
Dalam arti sederhana, nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat yang menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya. Rasa ini sangat berhubungan dengan rasa patriotisme atau biasa disebut dengan rela berkorban. Rasa nasionalisme yang tidak diimbangi dengan rasa patriotisme berarti di dalam diri seseorang tidak sepenuhnya memiliki rasa nasionalisme. Sekarang nasionalisme sangat menjadi polemik di masyarakat khusunya para kalangan remaja Indonesia yang mulai kahilangan atau luntur rasa nasionalismenya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor misal arus globalisasi yang mulai merambah luas di kalangan remaja.
Nasionalisme di Indonesia di anggap sebagai hal yang berlebihan, rakyat biasa bahkan para remaja pada zaman sekarang sudah jarang untuk menyadari batapa pentingnya jiwa nasionalisme dan semangat nasionalisme yang tinggi. Bahkan semangat nasionalisme hanya di emban oleh beberapa lintir profesi saja, seperti TNI atau POLRI, itupun bisa di hitung dengan jari berapa orang yang mengemban profesi tersebut yang benar-benar menerapkan jiwa nasionalisme dalam dirinya. Sangat memprihatinkan bukan? di tengah arus globalisasi yang kian deras dimana gaya hidup modern, pemikiran-pemikiran modern, bahkan beberapa aliran modern mewarnai dan mempengaruhi bangsa Indonesia. Nasionalisme seharusnya dimiliki, seharusnya sangat menjunjung tinggi moral, seharusnya menjadi filter bagi bangsa Indonesia untuk tetap selalu berdiri pada line yang sudah di tentukan, tentunya agar bangsa Indonesia menyadari falsafah hidup bangsa Indonesia Pancasila yang telah menjadi landasan hidup yang baik bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
Seiring dengan semakin hilangnya jiwa nasionalisme bangsa Indonesia, khususnya bagi para remaja aliran-aliran yang bertentangan dengan Pancasila muncul. Lihat saja dari sudut pandang kurangnya kesadaran para pelaku-pelaku pendidikan dan beberapa profesi, seperti demostrasi para mahasiswa, para buruh di gedung pemerintahan Demonstrasi tersebut disertai aksi pengrusakan-pengrusakan di beberapa tempat yang disebabkan oleh kemarahan warga atas beberapa kebijakan pemerintah atau malah keputusan kepala instasi yang di anggap kurang berkenan di hati para pendemostrasi. Tidak hanya itu, aksi-aksi kekerasan juga terjadi pada kalangan bawah seperti bentrokan warga yang rumahnya akan digusur, pedagang kaki lima yang mengamuk karena lapak dagangannya disita oleh Satpol PP, bentrokan di makam Mbah Priok beberapa waktu lalu, demonstrasi yang anarkis oleh mahasiswa karena ketidakpuasan atas kebijakan kampus, dan yang terbaru adalah aksi anarkis para pelajar SMA yang dinyatakan tidak lulus sekolah.
Dalam hal ini bukan masalah demonstrasi yang dipermasahkan tetapi tindakan kekerasan yang merusak ketentraman, merusak gedung pemerintahan dengan seenaknya dan aksi-aksi kekerasan yang perlu di permasalahkan. Apakah hal tersebut pantas dilakukan oleh orang-orang berpendidikan yang katanya cinta tanah air dan bangsa? Sepertinya tidak, karena hal seperti itu justru mengarah kepada sikap anarkis yang ujung-ujungnya akan tercipta aliran anarkisme yang akan sangat merugikan diri bahkan orang lain dan bangsa Indonesia.
Peristiwa ini harus dicegah dengan sungguh-sungguh, jika tidak hal ini akan berakibat pada rasa nasionalisme atau cinta tanah air pada kalangan remaja Indonesia. Ada beberapa langkah atau cara untuk mengatasi arus globalisasi yang negatif ini, missal menyadarkan remaja untuk mencintai produk dalam negeri, menanamkan nilai-nilai Pancasila pada remaja dengan cara yang sebaik-baiknya, dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat dilakukan.
Berharap dengan semakin besarnya umur bangsa Indonesia, semakin besar juga semangat dan jiwa nasionalisme dan patriotisme akan tumbuh dari setiap masyarakat Indonesia. Hal ini perlu ditanamkan dan dilaksanakan secepat mungkin sebelum jiwa nasionalisme itu benar-benar hilang dan musnah. Untuk itu perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak, terutama dalam bidang pendidikan yang harus secepat mungkin menumbuh-kembangkan jiwa nasionalisme kepada sesama tenaga pendidik dan yang terpenting adalah kepada peserta didik yang duduk di bangku sekolah dasar hingga menengah agar generasi-generasi penerus bangsa yang unggul dan bermutu akan tercipta.
Comments
Post a Comment