Teriknya mentari tak mengusangkan
sedikitpun senyum gadis kecil itu, ia tak pernah mengeluh dengan
aktvitasnya yang melimpah ruah, aktivitasnya untuk mendapatkan sebuah gelar “GADIS TEGAR”. Gadis itu bekerja sebagai seorang musisi jalanan merangkap sebagai
seorang tukang cuci baju di beberapa kelurga kaya di dekat rumahnya.
*****************
Note : Ini bukan sebuah cerpen atau sekedar curahan hati, ini hanyalah cerita
tentang seorang gadis kecil yang sayapun tidak pernah tahu asal usulnya :DD
#gubrak
#gubrak
*****************
à
Next : semua aktvitas yang ia
tekuni sama sekali tak membuatnya resah. Ia bertekad untuk membahagiakan kedua
orang tuanya, adik-adiknya, dan orang-orang yang ia sayangi. Ia bertekad menjadi seorang perempuan yang
tidak lemah dengan segala kekurangan yang ia miliki.
Pada suatu ketika, ia terlibat percakapan dengan seorang laki-laki
cerdas, tampan, dan sepertinya termasuk kedalam kalangan borjuis. Ia diperkenankan oleh laki-laki tersebut untuk menemaninya
minum the di sebuah kedai mini. Laki-laki itu mengaku terkagum melihat
permainan biola dan tarian yang dilakukan oleh si gadis. Si gadis tercengang
mendengar pujian dari laki-laki itu, ia hanya tertunduk diam. Laki-laki itu
menawarkan sebuah pekerjaan kepada gadis tersebut.
Setengah bulan berlalu, gadis itu telah menjadi seorang vionist sekaligus dancer yang namanya telah cukup dikenal orang. Tidak perlu tahu
dimana ia bekerja tidak perlu tahu bagaimana hidupnya sekarang. Yang terpenting
adalah dia telah banyak mengenal gadis-gadis cantik yang sering ia sebut dengan
“gadis-gadis beruntung”.
Entah apa yang gadis kecil ini pikirkan, kurang cukup beruntung apakah
ia yang telah menjadi seorang vionist dan
dancer, yang penghasilannya telah
sangat cukup untuk sekedar memberi hadiah untuk sebuah senyuman dari
masing-masing keluarganya.
Ia mengenal satu persatu latar belakang dan kehidupan gadis-gadis
tersebut. Ia terbungkam, ia semakin merasa tuhan tidak adil, ia merasa menjadi
seorang gadis kecil yang yang benar-benar bersosok kecil di dunia ini. Mungkin gadis
kecil ini termasuk orang yang tidak bersyukur, atau termasuk orang yang aneh,
tapi entah sampai sekarang pikiran yang sering menggelayutinya dan menjadi
bebannya adalah disaat ia memandangi foto-foto nan indah milik gadis-gadis
beruntung yang sering sebut. Ia menerawang foto-foto tersebut diam dengan
sebuah pikiran “kamu sangat beruntung”.
Benarkah rasa cemburu yang selalu menggelayuti pikiran gadis kecil
tersebut? Rasa yang tidak sepantasnya ia
miliki sementara ia telah bertekad untuk menyandang gelar “gadis tegar”. Bukankah
gadis yang tegar adalah gadis yang harus kuat, gadis yang akan selalu bersyukur
dengan apa yang dimiliknya, seorang gadis yang tidak akan memandang satu sisi
dalam sebuah pilihan dan dalam sebuah masalah?
".................................."
Comments
Post a Comment