-->
Oleh : Lestari Wevriandini
Guru dan masa depan
Setiap manusia mempunyai jiwa pemimpin, dan setiap manusia diberi bekal untuk memimpin. Kullukum Roin Wa kullukum mas’ulun ‘anroiatihi (Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya). Ada perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin lebih singkatnya orang yang mengatur atau orang yang diakui oleh banyak orang untuk dipercaya mengatur. Sedangkan kepemimpinan lebih mengarah pada sifat seorang pemimpin. Banyak pemimpin akan tetapi mereka tidak mempunyai jiwa kepemimpinan. Dalam arti mereka tidak dapat mempengaruhi orang lain untuk bekerja dengan kesadaran sesuai dengan tujuan bersama.
Anak sebagai awal mata rantai yang sangat menentukan wujud dan kehidupan suatu bangsa di masa depan, hendaknya dipersiapkan dan diperhatikan pendidikan serta pengajarannya. Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang menekankan bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarga maupun dalam asuhan khusus, untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kepribadian dan kebudayaan bangsa untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna. Kerja tim yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan
komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan mereka.
Banyaknya kenakalan remaja yang terjadi saat ini, karakter pemimpin atau kepemimpinan dari anak dan para calon pemimpin masa depan pun terhambat. Untuk mencegah dan mengatasi itu semua salah satunya dibutuhkan seorang sosok, yaitu guru. Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru. Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.
Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang remaja, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja
Seorang guru harus pandai melihat anak didik tentang bakat kepemimpinannya, selayaknya orang tua dengan anaknya. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja. Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.
Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit; (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin; (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.
Dari hal tersebut, sosok kepemimpinan guru dalam pendidikan amat berpengaruh dalam menghasilkan out put yang berprestasi, baik akademik maupun non akademik. Sekarang ini, kiprah guru sebagai teladan seolah luluh oleh keegoisan anak didik, pengaruh kemajuan teknologi, dan juga keapatisan guru. Andaikata setiap guru menjalankan lima jenis kepemimpinan dalam pendidikan, maka guru akan menjadi pahlawan abadi di hati anak didik. Lima hal yang harus dimiliki guru sebagai pemimpin pendidikan yaitu menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang zaman. Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu contoh sosok yang berdedikasi sebagai guru, pendidik, pembimbing dan pejuang yang hingga hari ini terus terpatri dan abadi di masyarakat Indonesia.
Sejak menjatuhkan pilihan sebagai guru, sejatinya seorang guru terikat kontrak menjadi seorang agen perubahan. Peran itu terjadi pada titik perjumpaan antara sang guru dengan anak didik di sekolah. Guru memiliki andil demikian besar dalam menentukan dan membuat perbedaan kepada anak didiknya. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa baik atau buruk, hitam atau putihnya gambaran anak didik di masa depan sangat ditentukan oleh peran masa kini sang guru di sekolah. Sekolah merupakan satu-satunya institusi sosial yang secara khusus dan terorganisir mengembangkan anak didik memperoleh pemahaman dan keterampilan perihal kebenaran, keindahan, dan keadilan.
Oleh karena itu, Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Guru adalah sosok yang penting dalam kehidupan ini karena berkat seorang guru kita bisa berdiri sebagai seseorang yang tangguh, kuat, sukses, dan bisa melanjutkan generasi-generasi berguna masa depan. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan. Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan. Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja dan masa depan mereka dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik semoga generasi remaja akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya kenakalan remaja yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja sebagai calon pemimpin nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Nama Pengarang. Tahun. Judul (cetak miring). www.ubb.ac.id. Diakses tanggal 25 Agustus 2009
Gunarsa Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta
Kartini Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta
Isnaeni S.Pd. 2008. Koran pendidikan 27 Oktober 2008 03:19:43
Comments
Post a Comment